Hemodialisa? No. CAPD? Oke.

Postingan ini dibuat hampir setahun setelah posting terakhir. Itu menandakan bahwa saya memang hampir tidak punya waktu untuk sekedar menuliskan banyak perasaan, kejadian, dan keadaan saya pasca menjalani kehidupan sebagai penyandang GGK.

Wih, sekarang udah pede dan yakin banget dengan sebutan penyandang GGK. Yup, setelah seluruh rangkaian terapi yang beraneka ragam, bolos hd berminggu-minggu, dan hanya minum obat furosemid dan obat jantung, akhirnya dua hari terakhir ini saya menyatakan bahwa saya sudah menerima dengan sangat ikhlas atas penurunan fungsi ginjal saya.

Jadi selama ini belum ikhlas?
Kemarin saya mengartikan kebelumikhlasan saya dengan mengatakan bahwa saya masih punya harapan yang sangat amat besar untuk sembuh dan terlepas dari cuci darah seumur hidup. Saya memiliki keinginan untuk tidak menyamakan nasib saya dengan pasien lain yang pada akhirnya harus menjalani sesi cuci darah yang sangat menyakitkan itu dua kali dalam seminggu hanya untuk terus menyambung hidup. Saya merasa bahwa Allah tidak mungkin memberikan saya penyakit ini, karena saya tidak kuat menahan sakitnya jarum vistula yang besar, beserta efek cuci darah yang membuat saya seperti mayat hidup. 

Saya akui, cuci darah itu sama sekali tidak ada enaknya. Okelah, rasa sakit ditusuk jarum fistula yang besar akan menghilang 10 menit setalah di tusuk, tetapi, ada banyak rasa sakit yang akan datang setelah itu. Saya termasuk salah satu pasien yang hampir selalu drop setiap cuci darah, ntah karena kekurangan gula darah (Hipoglikemi), kurang kalsium(suntik kalsium rasanya seperti neraka, panas membara, apalagi kalau yang nyuntik kurang paham cara kerjanya, gak pake dilarutin nacl dulu), kurang kalium (hipokalium), kram(rasanya sakit banget, beuh). Belum lagi ada yang menggigil, pingsan, dan eng... wassalam, meninggal ketika dicuci.

Jadi, saya jelaskan, bahwa saya bukan orang yang tepat untuk melaksanakan cuci darah seumur hidup, tapi, saya sudah ikhlas dengan penyakit saya, gagal ginjal kronis.

Terus? langkah selanjutnya gimana? kamu udah ikhlas sakit ginjal tapi gak ikhlas ngejalanin pengobatan?

Hm.. sebelumnya saya mau cerita.
Saya ini kalau nggak mau di anggap pasien bodoh, marilah kita sebut pasien yang doyan uci coba. Suka coba coba. Ih, nyawa di main-mainin. Bego nyata sih sebenarnya. Saya kasih tau sebagai mantan pasien bodoh yah, kalau kamu di diagnosis gagal ginjal kronis oleh dokter. Itu artinya, ada penyakit yang berkembang sangat progresif di dalam organ tubuh kamu. Dengan waktu yang sangat cepat, jika kamu tidak mengobatinya secara profesional, maka sama saja kamu mencoba melakukan tindakan bunuh diri. Saya dengan segala keoptimisin bodoh melakukan berbagai pengobatan alternatif untuk ginjal saya, tapi tidak membarenginya dengan pengobatan medis. Puncak kebodohan saya adalah saya mengikuti pengobatan alternatif pijit selama 6 kali seminggu, selama 3 bulan terakhir ini. Sejak dua bulan terakhir ini pula saya mulai memberanikan diri bolos cuci darah. Jadi dalam sebulan hanya menjalani 2 sesi cuci darah yang seharusnya berjumlah 8 sampai 9 kali sesi perbulan. Artinya, saya yang harusnya menjalani 18 kali cuci selama dua bulan terakhir ini semena mena mengorbankan diri dengan cuci darah hanya 4 kali, tidak lebih. Hasilnya apa? Badan saya menampung air tidak kurang sekitar 13 kilo. Itu tersebar di perut, punggung, paha dan kaki. Rasanya? ya, persis mau sakaratul mautlah. Nafas megap-megap, racun ureum udah menginjak 200-an bahkan pernah 300-an. Air 13 kilo itu tidak bisa langsung sekali cuci dibuang. Saya baru menjalani 3 sesi dan baru terbuang 8,5 kilo dan masih menyimpan sekitar 6 kilo lagi. Itupun dengan asumsi air dibdan saya tidak bertambah setiap harinya. Alhasil, sejak dua minggu ini saya diet minum. Ya, diet minum tepat di musim kemarau. Diet minum hanya 1 liter perhari. Itu yang bikin saya cuma berdiam diri dikamar nyalain ac njulurin lidah dan netesin air pake sedotan kecil atau sendok kecil kalau kepengen minum di waktu yang bukan waktu setelah makan. Minum air setelah makan pun harus setengah jam setelah makan, biar rasa pedasnya gak bikin saya kebablasan. Bener bener harga yang sangat mahal atas kebodohan saya bolos hd(cuci darah) selama dua bulan ini. Sekarang kalau ditanya masih mau bolos HD? Saya katakan, ampun, tidak, saya tobat. Tapi kalau ditanya, tapi kamu suka HD? Saya juga akan jawab, ampun, tidak.


Nah, jadi, setelah kesadaran diri saya mulai tumbuh atas kebutuhan hidup saya terhadap cuci darah saya terima dengan baik. Setelah keikhalsan saya dengan penyakit ini sudah saya pegang erat erat. Saya di beri jalan lain oleh Allah untuk tetap bisa melanjutkan hidup dengan penyakit ini tapi tidak dengan bantuan mesin cuci darah. Sebenarnya saya sudah tau lama tapi hati saya baru terbuka dua hari terakhir ini, sejalan dengan keikhlasan saya atas sakit ini. Ada 3 terapi untuk pasien cuci darah di Indonesia. Pertama, cuci darah dengan mesin cuci darah (hemodialisa), kedua cuci perut dengan CAPD, ketiga cangkok ginjal. Nah, berdasarkan banyak sumber, CAPD cocok bagi pasien yang masih muda, yang masih aktif bergerak. lengkapnya besok besok lah baca sendiri di gugel. Haha.


Jadi, ada dua narasumber yang saya pegang untuk kasus capd ini. Kedua-duanya mahasiswa di Yogyakarta, salah satunya malah mahasiswa keperawatan UGM. Ketika HD mereka sama seperti saya, cuti kuliah, tidak bisa beraktifitas apa-apa dan selalu drop. Kualitas hidup mereka membaik setelah ganti terapi dengan CAPD. Sampai sekarang salah satu dari mereka lancar saja menjalankan KKN dan skripsi. Wah, saya tergiur. Harapan saya untuk hidup berkualitas terbuka sangat lebar rasanya. Dengan CAPD, saya bisa melakukan apa yang tidak bisa saya lakukan ketika terapi HD. Saya bisa makan buah dan sayur dengan lebih bebas(tetap dengan porsi wajar), bisa minum dengan agak banyak, bisa olahraga ringan (kalo sekarang antri belanja aja chaphek bhangeth). Pokoknya banyak kelebihan dengan menggunakan CAPD. Duh.. CAPD.. aku padamu...

Walaupun tetap saja semua terapi ada resikonya. Saya harus hati hati dengan kebersihan kateter yang nantinya akan menyembul dari perut saya. Hidup saya harus lebih bersih dari biasanya, karena kemungkinan infeksi bisa terjadi kapan saja dan akibatnya sangat fatal. Bismillah.. Allah ma'aniy..


Nah, jadi, sepanjang 10 bulan ini. Saya cukup terlantung dengan keadaan. Berjuang di badai yang saya buat sendiri. Badai ketidakikhlasan dan badai coba coba alternatif yang membahayakan nyawa saya sendiri. Sekarang saya sudah jadi pasien HD yang teladan, datang tepat waktu, dan tidak pernah bolos. Semakin cepat air dibadan saya habis, semakin cepat saya berangkat operasi CAPD di RS. Sardjito di Yogyakarta, doakan ya teman. Semoga segera bisa berangkat dan lancar operasinya. Jadi nanti saya bisa poto lagi CAPD dengan posisi lagi baca buku, persis kaya ilustrasi gambar-gambar di google. 


Salam sehat,
Jangan lupa banyak minum air putih, air sumur lebih baik. :)
Sayangi Ginjalmu, yaaaah :D

Komentar

Postingan Populer