kenapa harus SASTRA ARAB? *1
Umur saya 17 tahun 3 bulan ketika harus menentukan sendiri Jurusan apa yang akan saya ambil ketika kuliah nanti.
Dari SMP kelas 3. Saya sudah tergila gila dengan psikologi. Membayangkan saya akan menjadi seorang psikolog handal, yang bagaikan seorang Tuhan, bisa menemukan jalan keluar setiap permasalahan orang lain, atau sebagai seorang Peramal, yang bisa menentukan masa depan orang lain. Itulah 2 hal yang pertama kali terlintas ketika saya SMP kelas 3.
Lanjut ke SMA, keinginan saya menjadi seorang psikologi belum padam. Setiap ada tes IQ atau forum yang mendatangkan psikolog. Saya akan antusias mengikutinya. NANNY 911, itu acara wajib, sabtu-minggu sore, saya akan nongkrong depan metro. Dan saya memang HANYA punya buku motivasi, buku buku berbau kejiwa-jiwaan bukan novel novel, apalagi yang serial cantik. ahh..bukan genre saya.
Kelas 3 saya mulai bingung. kelas 2 SMA saya tak tahu ruang kelas, hanya tahu ruang OSIS, saya hanya tau deadline acara, bukan PR fisika atau kimia. Saya juga hanya tahu Pembimbing OSIS, bukan wali kelas, Dan saya hanya tertarik dengan rapat, bukan dengan kegiatan belajar mengajar. Alhasil, saya mendapati peringkat ke-20'an.
Kelas 3 saya masih malas malasan, saya pikir, saya hanya ingin lulus, dan saya sudah menetapkan Psikologi UGM sebagai gerbang masa depan.
Saya juga hanya iseng mengikuti beberapa tes. Alhamdulillah semuanya lulus. Lulus Psikologi UII, Kedokteran Malahayati(banyak juga teman saya yang dapat), dan tiket masuk Unib(ini lebih banyak lagi :p ).
Sedangkan UGM, saya gagal lewat tes PBOS (penelusuran Bakat Olahraga dan Seni). Jujur tadinya saya merasa tidak perlu belajar karena piagam saya selama SMA sepertinya cukup, tapi, Allah berkehendak lain. Berkas saya ditolak mentah mentah. Kerena saya lupa menempelkan materai dan beberapa hal salah seperti menuliskan nomor NEM dan beberapa hal sepele lainnya. Maka, diujung waktu saya akhirnya memilih ikut Jalur masuk UGM yang tertulis.
Psikologi, Sastra Inggris, dan Sastra Arab. Saya sama sekali belum belajar. Karena dari awal saya tidak berniat mengikuti tes tertulis UGM. Maka, hanya bermodalkan IPS semasa SD dan SMP, saya ikut tes UGM.
Dan akhirnya, saya ada disini. Di sastra Arab UGM. Melupakan dengan ringan hati tentang psikologi. Saya lupa lebih dari 4 tahun saya mengagumi Psikologi. Saya tak peduli apa kata orang, karena argumen saya lebih saya yakini daripada kata kata olokan dari mereka. Saya mencintai ilmu, bukan status. Maka, ketika saya di Sastra Arab, bukan berarti saya tidak bisa membaca buku buku psikologi atau kesehatan atau yang berbau ilmiah sama sekali.
"haha..ngapain jauh jauh ke UGM cuma ambil Sastra Arab? di STAIN Bengkulu juga ada ".
"haha.. mau jadi aisyah?*karna dulu musim Ayat ayat cinta"
"oo.jadi cita cita nya cuma mau jadi guru ngaji? atau TKW? "
"Belajar alqur'an ya?"
"Mau jadi apa kamu ambil sastra Arab?"
dan banyak kata kata mengolok lainnya. Tapi ada juga yang mengatakan :
"hmm..daripada psikologi ataupun sastra inggris, Sastra Arab lebih baik, di deplu, yang diambil banyak dari Sastra. KARENA lebih mudah memasukkan ilmu politik ke anak Sastra daripada Ilmu bahasa asing ke anak politik "
"Gaji di Negara negara Arab yang dari S1 sastra asing, gaji paling kecilnya 3 juta loh(bukan TKI/TKW tapi karyawan perusahaan asing)".
"Subhanallah..shalehah sekali.."*ok, ini tidak berlaku untuk saya.
"Wah, jadi ntar bisa ngerti al-qur'an dan bacaan shalat dong, pasti bisa lebih khusyu' "
sambungan ke kenapa harus SASTRA ARAB ? *II
:)
Dari SMP kelas 3. Saya sudah tergila gila dengan psikologi. Membayangkan saya akan menjadi seorang psikolog handal, yang bagaikan seorang Tuhan, bisa menemukan jalan keluar setiap permasalahan orang lain, atau sebagai seorang Peramal, yang bisa menentukan masa depan orang lain. Itulah 2 hal yang pertama kali terlintas ketika saya SMP kelas 3.
Lanjut ke SMA, keinginan saya menjadi seorang psikologi belum padam. Setiap ada tes IQ atau forum yang mendatangkan psikolog. Saya akan antusias mengikutinya. NANNY 911, itu acara wajib, sabtu-minggu sore, saya akan nongkrong depan metro. Dan saya memang HANYA punya buku motivasi, buku buku berbau kejiwa-jiwaan bukan novel novel, apalagi yang serial cantik. ahh..bukan genre saya.
Kelas 3 saya mulai bingung. kelas 2 SMA saya tak tahu ruang kelas, hanya tahu ruang OSIS, saya hanya tau deadline acara, bukan PR fisika atau kimia. Saya juga hanya tahu Pembimbing OSIS, bukan wali kelas, Dan saya hanya tertarik dengan rapat, bukan dengan kegiatan belajar mengajar. Alhasil, saya mendapati peringkat ke-20'an.
Kelas 3 saya masih malas malasan, saya pikir, saya hanya ingin lulus, dan saya sudah menetapkan Psikologi UGM sebagai gerbang masa depan.
Saya juga hanya iseng mengikuti beberapa tes. Alhamdulillah semuanya lulus. Lulus Psikologi UII, Kedokteran Malahayati(banyak juga teman saya yang dapat), dan tiket masuk Unib(ini lebih banyak lagi :p ).
Sedangkan UGM, saya gagal lewat tes PBOS (penelusuran Bakat Olahraga dan Seni). Jujur tadinya saya merasa tidak perlu belajar karena piagam saya selama SMA sepertinya cukup, tapi, Allah berkehendak lain. Berkas saya ditolak mentah mentah. Kerena saya lupa menempelkan materai dan beberapa hal salah seperti menuliskan nomor NEM dan beberapa hal sepele lainnya. Maka, diujung waktu saya akhirnya memilih ikut Jalur masuk UGM yang tertulis.
Psikologi, Sastra Inggris, dan Sastra Arab. Saya sama sekali belum belajar. Karena dari awal saya tidak berniat mengikuti tes tertulis UGM. Maka, hanya bermodalkan IPS semasa SD dan SMP, saya ikut tes UGM.
Dan akhirnya, saya ada disini. Di sastra Arab UGM. Melupakan dengan ringan hati tentang psikologi. Saya lupa lebih dari 4 tahun saya mengagumi Psikologi. Saya tak peduli apa kata orang, karena argumen saya lebih saya yakini daripada kata kata olokan dari mereka. Saya mencintai ilmu, bukan status. Maka, ketika saya di Sastra Arab, bukan berarti saya tidak bisa membaca buku buku psikologi atau kesehatan atau yang berbau ilmiah sama sekali.
"haha..ngapain jauh jauh ke UGM cuma ambil Sastra Arab? di STAIN Bengkulu juga ada ".
"haha.. mau jadi aisyah?*karna dulu musim Ayat ayat cinta"
"oo.jadi cita cita nya cuma mau jadi guru ngaji? atau TKW? "
"Belajar alqur'an ya?"
"Mau jadi apa kamu ambil sastra Arab?"
dan banyak kata kata mengolok lainnya. Tapi ada juga yang mengatakan :
"hmm..daripada psikologi ataupun sastra inggris, Sastra Arab lebih baik, di deplu, yang diambil banyak dari Sastra. KARENA lebih mudah memasukkan ilmu politik ke anak Sastra daripada Ilmu bahasa asing ke anak politik "
"Gaji di Negara negara Arab yang dari S1 sastra asing, gaji paling kecilnya 3 juta loh(bukan TKI/TKW tapi karyawan perusahaan asing)".
"Subhanallah..shalehah sekali.."*ok, ini tidak berlaku untuk saya.
"Wah, jadi ntar bisa ngerti al-qur'an dan bacaan shalat dong, pasti bisa lebih khusyu' "
sambungan ke kenapa harus SASTRA ARAB ? *II
:)
hmm, psikologi itu memang menarik :)
BalasHapushehe..
BalasHapusiya, menarik,, :D
psikologi, sastra inggris, sastra arrab.
BalasHapuspersis!
haa..
dan pada sikologi, semakin lama kita semakin kehilangan selera. =p
haha..
BalasHapusnggak..gimanapun juga masih suka psikologi.. :)
ukhti..Di dalam mencari cinta yang sejati
BalasHapusBanyak ranjau kan ditempuhi dan onak yang diredahi
Namun janjiNYA Kepada hamba yg mencintaiNya
adalah jannatunna'im dan tidak pernah melupakanmu
Yakinlah kepada TUHANmu
Kerna DIAlah cinta hakiki
sastra arab?
BalasHapusKEREEEEEN!
huuuuh...
BalasHapuskeren2,,
bagaimana pun syukuri ap yg udh d dpt saat ini,,
yakinlah,,anugerah yg d beri ini tentu ny yg t'bae dlm garis khdupan tika^^
ingat tragedi materai...
BalasHapushahahaha
sastra arab,,,
BalasHapusajiibbb ^_^
sebulan yang lalu saya masih belum menerima kenyataan "kenapa saya di sastra arab ugm?"
lalu sang waktu membantu saya untuk berdamai dengan kenyataan. meyakini bahwa sastra arab adalah jalan terbaik, semoga keyakinan saya tak pernah berubah lagi.
Sastra Arab.......
BalasHapusGo Public....!!! >_<
Jngan Prnah Mnyerah Mba' !!
Sya Yakin Itu yang terbaik...
Allah Berfirman...:
Belum tentu yang kalian anggap baik itu baik buat kalian
Bisa jadi yang baik kalian anggap itu membawa keburukan bagi kalian
Dan belum tentu yang kalian anggap buruk itu buruk buat kalian
Bisa jadi yang buruk kalian anggap itu adalah yang terbaik buat kalian....!
Don't Give Up...Mba'....!!
Ocay.....@_@
pada awalnya aku emang seperti itu mbak.,..
BalasHapusragu2 merasukiku,.."
tapi lambat laun rasa itu hilang. dan aku yakin pasti ini jalan yang terbaik yang diberikan Allah Swt.
Yang nentuin kesuksesan seseorang tu bukan jurusannya mbak, tp ORANG-nya meskipun jurusannya dokter sekalipun kalo ga sanggup ngikuti kuliah,ga bakal bisa jadi dokter.,.^_^
orang sastra arab itu orang2 pilihan,,,
BalasHapusCeritanya persis kek yg ana alami skrg ukh, skrg ana baru kelas 3 smk, dan sebentar lg bakal lulus.
BalasHapusDari smp tertarik banget sama dunia psikologi, dan skrg...
Jeng jeng jeng... Keknya sastra Arab lebih menarik dprd Psikologi .
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskalo boleh tahu tes nya gimana kalau mau masuk sastra arab... saya ada minat masuk sastra arab
BalasHapusSalam kenal kak.. Maaf kalo boleh tau, kakak dulu waktu belajar b. Arab dari nol caranya gimana ya kak? Menurut kakak langkah2 yang paling efektif buat bener2 hafal dan ngerti itu apa aja? Makasih banyak sebelumnya:)
BalasHapus